Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Hadis Dakwah



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Dari segi bahasa, Islam masih berakar pada kata salam yang berarti tunduk, patuh, dan damai. Sedangkan menurut istilah, Islam adalah nama agama yang diturunkan Allah untuk membimbing manusia ke jalan yang benar dan sesuai fitrah kemanusiaan. Islam diturunkan bukan kepada Nabi Muhammad saw. saja, tapi diturunkan pula kepada seluruh nabi dan rasul. Sesungguhnya seluruh nabi dan rasul mengajarkan Islam kepada umatnya.
B.  Pengertian Perdamaian
Damai memiliki banyak arti: arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.
Adapun damai yang dikehendaki dalam Islam meliputi kedua pengertian di atas.
C.  Konsep Dasar Perdamaian dalam Islam
Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw merupakan agama yang ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh umat sekalian alam.
Nabi Muhammad Saw pembawa risalah Islam, adalah juga pembawa bendera damai, kebaikan dan kebajikan kepada umat manusia. Beliau bersabda tentang dirinya:
Islam merupakan agama yang menjanjikan keselamatan dan kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya (21) : 107).
D. Ta’awun Dalam Islam
Ta’awun adalah terhadap semua mahluk allah swt. Orang yang memiliki sikap ta’awun akan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Biasanya orang yang memiliki sikap ta’awun memiliki hati yang lembut, menghindari permusuhaan, mengutamakan persaudaraan, tidak mengharapkam imbalan atas apa yang diperbuat dalam menolong orang lain yang membutuhkan juga ikhlas dalam beramal.
Ta’awun diartikan sebgai upaya untuk mengembangkan sikap tolong menolong antara sesama muslim dan antara sesama manusia umumnya. Sikap ini mutlak harus dimiliki oleh para remaja akan memiliki hati yang lembut dan mencintai sesama.
Tasmuh di artikan sebgai upaya untuk bersama –sama berlaku baik, tenggang rasa,saling menghormati, dan saling menghargai menghargai antara sesama .

E. Ajaran Islam Mewujudkan Perdamaian
Ajaran Islam berisikan banyak perintah supaya menyelesaikan pertikaian di antara masyarakat dan bangsa dengan maksud membangun kedamaian.[1] Bahakan pada dasarnya semua ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw itu bertujuan untuk mewujudkan perdamaian[2], penulis hanya mencantumkan beberapa di antaranya dan membaginya kepada dua ruang lingkup, ajaran Islam yang berkaitan dengan individu dan ajaran Islam yang berkaitan dengan negara/politik.
1. Islam Dan Perdamaian Dalam Ruang Lingkup Antar Individu Dan Masyarakat
Ajaran Islam dalam ruang lingkup ini wajib diamalkan oleh seluruh kaum muslimin tidak terkecuali, di antaranya:
a. Melindungi hak untuk hidup[3]
Yang paling sederhana adalah dijaminnya hak manusia untuk hidup. Hak ini sebelum Islam tidak diakui untuk semua manusia. Di masa Jahiliyyah bayi perempuan dikuburkan hidup-hidup, budak dapat diperlakukan sekehendak hati termasuk dibunuh, dan lain-lain.
Adapun Islam, melindungi hak hidup. Islam melarang membunuh orang lain tanpa alasan yang benar, serta melarang juga bunuh diri. Islam sangat menghargai jiwa seseorang, untuk itu diberlakukanlah hukum Qishas. Di mana apabila seseorang membunuh orang lain tanpa alasan yang benar, maka ia harus mengganti dengan nyawanya sendiri.
Dari dulu sampai sekarang, pembunuhan tanpa disertai dengan hukum yang jelas, berbuah kepada konflik. Baik itu konflik yang melibatkan satu dua orang, maupun konflik yang meluas sehingga mengakibatkan peperangan antar kelompok, bahkan antar negara. Jadi, dengan adanya kepastian hukum di dalam Islam dalam menjamin hak hidup seseorang ini, secara tidak langsung sangat berpengaruh pada terciptanya perdamaian dan kelangsungan hidup umat manusia.
b. Memerintahkan untuk Adil[4]
Selanjutnya keadilan dinilai sangat penting dalam mewujudkan kondisi yang aman, tentram, dan damai. Banyak peperangan, pertengkaran dan konflik terjadi dikarenakan ketidak adilan satu pihak dalam memperlakukan pihak lainnya. Maka Islam menyeru setiap individu muslim untuk memperlakukan semua manusia, termasuk non-muslim, dengan adil.
Di Indonesia sendiri pernah terjadi lebih kurang 15 kali pemberontakan, menurut mantan wakil presiden Jusuf Kalla dari 15 konflik itu 10 kasus terjadi karena adanya ketidakadilan.[5]
c.  Menghapus kelas-kelas sosial[6]
Pada masa Jahiliyyah, kekerasaan yang dilakukan oleh golongan yang lebih kuat terhadap golongan yang lebih lemah adalah hal yang biasa. Islam datang dengan menghapus kesenjangan sosial tersebut, membebaskan manusia dari perbudakan sesama, dan menghargai hak-hak setiap individu.
Di Eropa pernah berkali-kali terjadi pemberontakan budak, ketika itu para budak diperlakukan sesuka hati dan tidak mempunyai hak apapun kecuali menuruti Tuannya. Terdapat bukti dokumenter lebih dari 250 pemberontakan atau percobaan huru-hara yang melibatkan 10 orang budak atau lebih. 3 dari yang paling dikenal adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Gabriel Prosser di Virginia pada tahun 1800, Denmark Vesey di Charleston, South Carolina pada tahun 1822, dan Nathaniel Turner di Southampton County, Virginia, pada tahun 1831. Sedangkan dalam Khazanah Islam, pemberontakan budak demi menuntut persamaan hak tidak pernah terjadi. Hal itu dikarenakan Islam telah terlebih dahulu menjamin hak semua orang walaupun ia berstatus budak. Ini juga merupakan bahagian daripada keadilan yang dianjurkan oleh Islam.
Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ إِخْوَانَكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
”Mereka (para budak) adalah saudara dan pembantu kalian yang Allah jadikan di bawah kekuasaan kalian, maka barang siapa yang memiliki saudara yang ada dibawah kekuasaannya, hendaklah dia memberikan kepada saudaranya makanan seperti yang ia makan, pakaian seperti yang ia pakai. Dan janganlah kamu membebani mereka dengan pekerjaan yang memberatkan mereka. Jika kamu membebani mereka dengan pekerjaan yang berat, hendaklah kamu membantu mereka. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Baihaqi, dan Ahmad)[7]
d. Mengenalkan konsep persaudaraan universal[8]
Jika budak saja diperlakukan sebagai saudara, maka bagaimana sikap Islam dengan orang-orang yang merdeka? Islam mengajarkan konsep persaudaraan yang tidak hanya dibatasi oleh keturunan, suku ataupun bangsa.
Semua Umat Islam dipersaudarakan oleh satu keyakinan kepada Tuhan, dengan tujuan agar mereka dapat saling menjaga dan mencintai sesamanya. Namun sayangnya, tidak dapat dipungkiri banyak muslim yang melupakan konsep ini, sehingga seringkali pecah konflik antar sesama, baik konflik militer maupun pemikiran.
Antara yang satu dengan yang lainnya saling menyalahkan pada hal-hal yang furu’iyah, membenarkan diri pribadi dan yang terparah adalah menumbuhkan benih-benih kebencian terhadap muslim lainnya. Kenyataan lainnya yang tidak dapat dipungkiri pula dewasa ini adalah sikap acuh tidak acuhnya sebagian kaum muslim terhadap penderitaan sebagian muslim lainnya.
Padahal pada masa awal-awal Islam, Rasulullah Saw sangat menekankan prinsip persaudaraan antara sesama muslim, begitu pula dengan para khulafaur rasyidin. Setiap individu dan kelompok menahan diri daripada ambisi pribadi dan sebagainya demi persatuan umat. Seiring dengan berjalannya waktu, pengamalan daripada prinsip dasar Islam ini semakin menipis, dan menimbulkan banyak perpecahan serta konfilk.
Selain persaudaraan yang dilandasi oleh keyakinan, Islam juga mengenalkan persaudaraan yang lebih universal, yakni seluruh manusia itu pada dasarnya satu, berasal dari nenek moyang yang sama, yakni Adam as. Oleh karena itu Islam tetap menjunjung hak asasi orang yang bukan Islam sebagai manusia, tidak menganiaya mereka, toleransi dan berlaku adil terhadap mereka.
Islam tidak pernah memaksakan pemeluk agama lain untuk pindah agama, Allah menjelaskan ini dalam firmannya:
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) ....” (QS. Al-Baqarah (2) : 256)
2. Islam Dan Perdamaian Dalam Ruang Lingkup Antar Negara
Ajaran Islam dalam ruang lingkup ini memberi petunjuk mengenai tindakan yang dapat diambil oleh pemerintah Islam untuk menjaga perdamaian antara negara Islam dengan negara non-Islam dan negara Islam dengan negara Islam lainnya, beberapa di antaranya yang kami kami ketahui ialah sebagai berikut:
a. Mengadakan Hubungan Diplomasi
Yang sekarang dikenal sebagai diplomasi adalah sebuah tradisi yang dikenal dan dilaksanakan oleh semua golongan manusia, dulu dan sekarang. Golongan-golongan pada masa dahulu mengutus utusan atau dutanya ke golongan lain dalam urusan-urusan tertentu seperti menyampaikan bela sungkawa, menyampaikan selamat, atau persiapan perundingan pernikahan raja, untuk membawa hadiah, atau untuk mengadakan musyawarah dan negosiasi. Tugas utusan dan duta tersebut adalah tugas periodik yang berakhir bersamaan dengan berakhirnya masalah.[9]
Nabi Muhammad SAW, khulafaurrasyidin, dan para pemimpin islam juga mengikuti tradisi ini dalam mengutus utusan ke negara-negara lain untuk menyebarkan dakwah, mengadakan perjanjian, ataupun merundingkan perdamaian.
b. Menghormati Perjanjian Antar Negara[10]
Syariat Islam menetapkan prinsip menghormati perjanjian antar negara dan berpegang pada isinya. Menepati janji dalam Islam adalah dasar pertemuan antar individu, golongan dan negara yang secara sadar, saling menolong, dan saling percaya. Islam berpegang teguh untuk menepati janji dan meganggapnya sebagai hal yang wajib, yang tidak bisa ditinggalkan untuk memperkuat hubungan antar manusia.[11]
Rasulullah Saw sendiri pernah melakukan perjanjian Hudaibiyah, yakni perjanjian genjatan senjata dengan kaum musyrikin Quraisy, di mana para sahabat menilai perjanjian itu merugikan pihak Islam sehingga mereka meminta Rasulullah membatalkan perjanjian. Akan tetapi Rasulullah dengan tegas menolak saran tersebut, dan memerintahkan umat Islam untuk tetap melaksanakan isi perjanjian itu. Peristiwa ini menjadi pelajaran bagi generasi-generasi Islam selanjutnya, bahwasanya Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berkhianat terhadap janji yang sudah disepakati.
E. Antara Peperangan Dan Perdamaian Dalam Islam
Orientalis sering memandang Islam dari aspek negatif. Islam dianggap sebagai agama pedang, agama yang penuh dengan kekerasan dan umatnya suka berperang. Padahal konsep perang dalam Islam hanya sebatas mempertahankan diri dari ancaman dari luar. Untuk itu, terkadang Islam menempatkan umatnya pada posisi bertahan, yakni baru berperang apabila ada musuh yang menyerang. Terkadang pula Islam menempatkan umatnya pada posisi menyerang, yakni lebih dulu menyerang lawan yang telah diyakini memiliki tujuan untuk menghancurkan Islam.
Dr. Samir Aliyah menyebutkan bahwa konsep perdamaian dalam Islam adalah seseorang muslim tidak boleh mengharapkan terjadinya perang atau mengajak perang, bahkan kepada musuh.[12] Musuh yang dimaksudkan di sini adalah kaum musyrikin. Beliau juga mengutip pendapat Dr. Hamid Sulthan, pengarang kitab Ahkam al-Qanun ad-Dauli fi Asy-Syari’ah Al-Islamiyyah, bahwa perang dalam Islam adalah keadaan darurat yang mengharuskan membela diri secara syar’i.
Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Janganlah kamu berharap bertemu dengan musuh dan memohonlah keselamatan kepada Allah. Apabila kamu bertemu dengan mereka maka bersabarlah.” (HR. Muslim)
Islam juga merupakan agama yang memiliki konsep akan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, Allah Yang Maha Esa, dengan panduan al-Quran dan as-Sunnah. Kedamaian dan kesejahteraan umat adalah dasar utama yang diajarkan dalam Islam. Oleh karena itu, pembunuhan, permusuhan, dan perpecahan tanpa alasan yang kuat bukanlah ajaran yang berasal dari agama Islam. Bahkan dalam menyeru manusia kepada Islam, Umat Islam diperintahkan untuk berdakwah dengan jalan yang baik, bukan dengan kekerasan. Hal ini ditegaskan pula dalam Firman Allah Swt:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS. An Nahl (16) : 125).
Dan dalam ayat yang lainnya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka.....” (QS. Ali Imran (3) : 159)

Islam tidak pernah keluar dari dasar ini, yakni perdamaian, kecuali permusuhan yang dimulai dari pihak lain yang mengancam eksistensinya, dalam hal ini dipandang sebagai usaha untuk mempertahankan mempertahankan diri.
Allah Swt berfirman:

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS. Al-Hajj (22) : 39).
Namun dalam keadaan perang pun, Islam masih tetap menjaga fungsinya sebagai agama rahmatal lil ‘alamin, dalam hal ini Allah Swt berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 190:

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah (2) : 190).
Bahkan apabila musuh berhenti memerangi atau condong kepada perdamaian, maka umat Islam diperintahkan untuk menerima perdamaian mereka. Hal ini dapat dilihat pada QS. Al-Anfal (8) : 61 dan QS. An-Nisa’ (4) : 90.













DAFTAR PUSTAKA
Al- Quranul Karim
Seyyed Hossein Nasr. Pesan-Pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan. (2003). Bandung: Mizan
Samir Aliyah. Sistem Pemerintahan, Peradilan & Adat dalam Islam. (2004) Jakarta: Khalifa
Wikipedia. Pemberontakan budak. http://id.wikipedia.org/ (diakses pada tanggal 3 Desember 2011)
Jusuf Kalla. Konflik Sosial Terjadi Karena Ketidakadilan. http://www.pikiran-rakyat.com. (diakses pada tanggal 3 Desember 2011)
Abdullah Ali Bassam dan Abu Bakar al-Jazairi. Sikap Islam terhadap Perbudakan. http://almanhaj.or.id (diakses pada tanggal 3 Desember 2011)





[1] Seyyed Hossein Nasr. Pesan-Pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan. (2003). Bandung: Mizan, hal 265
[2] QS. Al-Anbiya (21) : 107
[3] QS. Al- Isra’ (17) : 33, QS. Al-Maidah (5) :32, QS. An-Nisa’ (4) : 29, QS. Al-Baqarah (2)
[4] QS. An-Nahl (16) : 90, QS. Al-Maidah (5) : 8, QS. Al-Hujurat (49) : 9, QS. Al-Mumtahanah (60) : 8, QS. Asy-Syuraa (42) : 15, dll
[5] Jusuf Kalla. Konflik Sosial Terjadi Karena Ketidakadilan. http://www.pikiran-rakyat.com
[6] QS. Al-Hujurat (49) : 13
[7] Abdullah Ali Bassam dan Abu Bakar al-Jazairi. Sikap Islam terhadap Perbudakan. http://almanhaj.or.id
[8] QS. Al Hujurat (49) : 10 dan QS. Al-Baqarah : 213
[9] Samir Aliyah. Sistem Pemerintahan...., hal 230
[10] QS. An-Nahl (16) : 91 dan 94, QS. Al-Israa’ (17) : 34, QS. Al-Maidah (5) : 1, QS. At-Taubah (9) : 4
[11] Samir Aliyah. Sistem Pemerintahan...., hal 240
[12] Samir Aliyah. Sistem Pemerintahan, Peradilan & Adat dalam Islam. (2004) Jakarta: Khalifa, hal 249

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

haleighjacquin mengatakan...

Welcome Bonus for The Best Casino Games in 2021
The most popular 먹튀 커뮤니티 casino games are Slotomania, 하이 포커 Sweet Bonanza, Luckyland, 제목학원 Wild West Gold, and 프로즌 먹튀 Wheel of Fortune. The 스포츠분석 best casino games are

naiadoakman mengatakan...

The Star Grand at The Star Grand at The Star
Located at 614 광주 출장샵 m from the centre of The Star, 포항 출장안마 this is The Star Grand at The Star, located 하남 출장샵 on The Star Strip, at 대구광역 출장샵 the centre of The 화성 출장안마 Star, in

Posting Komentar